Minggu, 24 Juli 2011

Matahari adalah alloh sang pembangkit.

Oleh perdana akhmad s.psi
kami meyakini kiamat tidak ada, dan bumi ini adalah tempat berbangkit.
Maka, kiamat itu adalah kelahiranku kedunia ini atau reinkarnasi.
A. Al baitsu (maha pembangkit).
Dan dia membuat permisalan bagi kami serta melupakan asal mula
kejadiannya sambil berkata, "siapakah yang sanggup menghidupkan tulang
belulang yang telah hancur lebur?, katakan dialah yang menciptakan
makhluk pada awal mulanya dan pula pada kali kedua. Yasin 78.
Tuhan pula yang menjadikan kayu untuk yang hijau kemudia setelah
mengering kamu jadikan kayu bakar. Yasin 80.

Yang membuat tumbuhan hijau adalah matahari, dialah alloh.
Konsep kebangkitan dimulai dari leburnya tubuh, kemudian tuhan
menurunkan hujan dan hujan merembes ketanah, air hujan bercampur jasad
yang lebur tadi menjadi mata air air kamu minum. atau air di serap
tanaman melalui akar, dan menjadi buah, buah kamu makan.
Dari air yang kamu minum dan buah atau makanan yang kamu makan
kemudian diolah dalam tubuh, lalu ada yang menjadi tahi, ada yang
menjadi nutfah atau air mani. Nah air mani di semprot kerahim melalui
persenggamaan, dan menjadi bayi. Begitulah proses kebangkitan kita
kembali atau kiamat. Begitulah cara alloh kita yaitu matahari
menghidupkan kembali tulang belulang yang sudah hancur.
Ada lagi cara lain, matahari membuat kelembaban pada jasad yang sudah
lebur tadi, kemudian menguap menjadi awan diangkasa dan mendung dan
hujan, air hujan menjadi mata air yang kita minum atau diserap
tumbuhan atau hewan yang kita makan, makanan diolah tubuh menjadi
nutfah atau mani. Begitulah cara matahari, tuhan kita menghidupkan
kita kembali atau reinkarnasi.
Maka, apakah manusia tdk melihat, bahwa kami ciptakan mereka dari air
mani.yasin 77.
B. Al alimu (maha tahu)
konsep cahaya membuktikan bahwa tubuh atau jism adalah cahaya pula ya
mana cahaya asal dari matahari, maka kemanapun kamu pergi bersembunyi
dalam kegelapan pun matahari tetap terhubung denganmu karena dirimu
adalah cahaya itu sendiri.
Source: metafisis.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar